STANDAR MONETER


STANDAR MONETER
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Moneter
Dosen pengampu : Saifudin Zuhri, M.Si.




Disusun oleh :
1.      Nurul Huda                 (63020170025)
            2.      M Ari Widodo                        (63020170010)
3.      Umi Nur Salamah       (63020170040)
4.      Miftakhul Hanifa        (63020170048)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018

KATA PENGANTAR



Alhamdulillahi rabbil’alamin segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat menyelsaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak dapat menyelsaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun  agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “STANDAR MONETER” yang kami sajikan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyususn maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWTakhirnya makalah ini dapat terselsaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih bermanfaat bagi pembacanya. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan , oleh sebab itu kami dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konsktruktif demi kesempurnaan makalah ini.


Salatiga, 6 September 2018

Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. iii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A.   LATAR BELAKANG.. 1
B.    RUMUSAN MASALAH.. 1
BAB II PEMBAHASAN.. 2
A.   PENGERTIAN STANDAR MONETER.. 2
B.    JENIS-JENIS STANDAR MONETER.. 2
C.    KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STANDAR MONETER.. 6
BAB III PENUTUP. 8
A.   Kesimpulan. 8
DAFTAR PUSTAKA.. 9



BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Standar moneter adalah sistem moneter yang menunjukkan standar nilai mata uang yang diberlakukan di suatu negara, termasuk mengenai ciri-ciri dan sifat-sifat dari mata uang serta kebijakan pengendalian jumlah uang beredar. Sejak dahulu kala masyarakat sudah menggunakan uang dari bahan-bahan yang sederhana, misalnya kerang, batu, garam, pisau dan sebagainya yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai alat transaksi.
Mengingat fungsi dan peranan uang dalam perekonomian, maka dipandang perlu untuk mencari bahan yang memenuhi syarat untuk digunakn sebagai uang. Syarat-syarat yang dimaksud adalah: muadah dibawa kemana-mana (portability), mudah dipecah-pecah dalam nilai yang relatif kecil (divisibility), tahan lama dan kuat (durability), dan nilainya relatif stabil (stability). Jika mengacu pada syarat-syarat tersebut, maka dipilihlah emas dan perak sebagai bahan baku untuk membuat uang. Namun demikian, seiring dengan perkembangan dan perubahan serta tuntutan keadaan, maka standar moneter juga mengalami perubahan dan perkembangan aktivitas ekonomi dan perkembangan teknologi

B.      RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu standar moneter?
2.      Apa saja jenis jenis dari standar moneter?
3.      Bagaimana kelebihan dari masing masing standar moneter?




BAB II

PEMBAHASAN


A.  PENGERTIAN STANDAR MONETER

Standar moneter adalah sistem moneter yang menunjukkan standar nilai mata uang yang diberlakukan di suatu negara, termasuk mengenai ciri-ciri dan sifat-sifat dari mata uang serta kebijakan pengendalian jumlah uang beredar. Sejak dahulu kala masyarakat sudah menggunakan uang dari bahan-bahan yang sederhana, misalnya kerang, batu, garam, pisau dan sebagainya yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai alat transaksi.

B.  JENIS-JENIS STANDAR MONETER

Standar moneter ada dua, yaitu:
1) Standar barang (commodioty standard)
Standar barang adalah standar moneter dimana nilai jumlah uang beredar dijamin oleh pemerintah seberat barang tertentu biasanya logam mulia (emas dan perak). Standar barang terdiri dari: standar emas, standar perak dan standar kembar.
2) Standar kepercayaan (fiat standard)
Standar kepercayaan adalah standar moneter dimana nilai jumlah uang beredar di masyarakat tidak dijamin dengan sejumlah cadangan emas atau perak tapi semata-mata karena kepercayaan masyarakat. Masyarakat percaya dan mau menerima standar ini karena mereka percaya bahwa mata uang kertas atau logam dapat digunakan sebagai alat traansaksi dan menyimpan nilai.

a)    Standar Kembar (Bimetallism)
Standar kembar terjadi apabila pemerintah menggunakan emas dan perak sebagai dasar nilai mata uangnya. Caranya, harga perak ditetapkan. misalnya sebesar $1.293 per gram dan emas sebesar $ 19,395per gram. Dengan demikian perbandingan nilai antara perak dengan emas adalah 15:1 Perbandingan ini disebut mint ratio. Artinya, harga emas 15 kali harga perak. Pemerintah bersedia untuk membuat uang (pada perbandingan tersebut) semua emas dan perak yang ditawarkannya. Demikian juga masyarakat bebas untuk melebur uang menjadi logam mulia dan sebaliknya. Namun, standar kembar ini sering menimbulkan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Sir Thomas Gresham tahun 1558 bahwa bad money drives out good money yang kemudian dikenal dengan hukum Gresham. Maksud hukum ini adalah bahwa dalam sistem standar kembar, emas dan perak mempunyai perbandingan nilai tukar baik sebagai uang maupun sebagai barang (logam). Apabila kedua perbandingan (ratio) ini tidak sama maka akan terjadi pertukaran/ peleburan, yakni dari logam yang dinilai terlalu rendah (undervalued) menjadi logam yang dinilai terlalu tinggi (overvalued). Misalnya, pemerintah Amerika menetapkan perbandingan perak/emas sebesar 15:1, tetapi suatu saat karena ditemukannya tambang perak perbandingan tersebut di pasaran menjadi 16:1. Dalam keadaan demikian ini, seseorang akan dapat memperoleh keuntungan dengan menukarkan uang perak dengan uang emas dengan perbandingan 15:1 dan melebur uang emas serta membeli 16 gram perak dengan 1 gram emas. Dengan demikian orang tadi memperoleh keuntungan 1 gram perak. Uang perak (bad money yang dinilainya undervalued) menggantikan uang emas (good money yang dinilainya overvalueo). Karena masalah inilah maka banyak negara di dunia (terutama pada akhir abad kesembilan belas) menggunakan standar tunggal, biasanya standar emas. 
b)   Standar Emas
Sebenarnya sangat sulit untuk memberikan gambaran tentang standar emas ini, karena bentuk dari sistem ini bermacam-macam (berbeda antara satu negara dengan lain). Namun secara umum dapat dikatakan bahwa suatu negara memakai sistem standar emas apabila nilai mata uangnya dikaitkan/didasarkan atas nilai seberat emas tertentu. Masyarakat bebas untuk melebur mata uang emas atau membuat emas batangan menjadi mata uang kertas serta menukarkan mata uangnya (yang bukan emas) dengan emas atau sebaliknya dengan perbandingan yang telah ditemukan oleh bank sentral.
Karena negara-negara lain juga mengaitkan nilai mata uangnya dengan emas, maka dapatlah diketahui perbandingan nilai mata uang mereka (kursnya). Misalnya di Amerika perbandingan dolar dengan emas adalah US$4/1 gram, sedang di Inggris perbandingannya £1/1 gram, maka nilai tukar antara dolar dengan poundsterling adalah US$4/£1. Nilai tukar ini akan stabil jika bank sentral di kedua negara tersebut tidak mengubah perbandingan nilai mata uangnya dengan emas. Stabilitas inilah yang merupakan salah satu keuntungan penggunaan sistem standar emas. 
Namun kejelekannya apabila suatu negara mengalami defisit dalam neraca pembayarannya akan terjadi aliran emas ke luar (untuk membayar defisit tersebut). Akibatnya cadangan emas mengecil. Jika defisit itu terjadi secara terus-menerus (dari tahun ke tahun) negara tersebut akan kehabisan cadangan emasnya. Dalam keadaan demikian, negara tersebut dapat mengatasinya dengan kebijaksanaan deflasi. Kebijaksanaan ini akan menurunkan harga, employment serta pendapatan. Akibatnya, harga barang dalam negeri relatif lebih murah dibandingkan dengan luar negeri. Ekspor cenderung naik dan impor turun (dikarenakan pendapatan/tenaga beli turun). Defisit neraca pembayaran akhirnya dapat hilang. Tetapi masalahnya dengan adanya deflasi di dalam negeri dapat menyebabkan/menimbulkan masalah lain seperti misalnya: sosial, pengangguran, produksi turun serta banyak perusahaan (terutama perusahaan kecil) bangkrut. Dengan terjadinya depresi tahun 1930-an yang berjalan cukup lama, maka sistem standar emas (yang murni) telah banyak ditinggalkan meskipun masih ada beberapa negara yang menpertahankannya sampai awal tahun 1970-an.
c)    Fiat Standar 
Masalah pokok yang timbul dari standar barang (emas dan atau perak) adalah kurang praktis apabila transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar. Atas dasar alasan ini, kemudian beredar surat emas/perak sebagai pengganti emas/perak yang disimpan. Surat emas/perak ini semula dijamin 100% dengan emas/perak yang tersimpan kemudian berangsur-angsur jaminan ini makin berkurang. Semula memang pengeluaran surat emas ini sebagai bukti atas pemilikan emas yang tersimpan, dimana setiap saat si pemilik dapat mengambil emas tersebut. Pada tahun 1900-1933 Amerika Serikat mengeluarkan sertifikat emas dijamin 100% dengan emas yang tersimpan di dalam bendahara negara, yang setiap saat dapat ditukarkan dengan emas tersebut. Sertifikat ini sama (nilainya) dengan emas dan lebih mudah untuk melakukan transaksi. Sertifikat ini yang kemudian disebut representative money. Dalam perkembangannya sertifikat ini tidak lagi dijamin dengan 100% emas, tetapi lebih rendah. Seperti misalnya, di Amerika Serikat pada tahun 1945 bank sentral menetukan bahwa jaminan ini sebesar 40%. Sertifikat emas yang dijamin kurang dari 100% inilah yang sering disebut fiat standard. Bahkan dewasa ini sertifikat ini dijamin 0% emas.
d)   Uang Giral (Deposit money)
Deposito di bank yang dapat setiap saat ditarik (dengan cek) dapat dikategorikan sebagai uang. Mengapa? Karena pertama, deposito ini dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Caranya, pembayaran ini dilakukan dengan menulis cek, yakni transfer deposito dari si penulis/ pembayar kepada si penerima pembayaran. Kedua, deposito ini dapat dipakai sebagai alat penumpuk kekayaan. Seseorang atau suatu badan usaha dapat meujudkan kekayaannya dalam bentuk deposito. Ketiga,deposito dapat dipai sebagai alat pembayaran tertunda (deferred payment. Seseorang atau badan usaha dapat membayar utangnya tiap bulan dengan menuliscek atas depositonya di bank. Karena deposito dapat memenuhi fungsi-fungsi uang, maka dapat dikategorikan sebagai uang. Dan bahkan makin maju suatu perekonomian jenis uang giral ini proporsinya terhadap jumlah total uang beredar makin besar. Di Amerika serikat pada tahun 1983 jumlah uang giral meliputi kurang lebih ¾ dari jumlah uang beredar, sisanya (yang ¼) berupa uang kartal (uang kertas dan logam).
Uang giral adalah hutang sesuatu bank kepada nasabahnya (bisa perorangan, bisa perusahaan) yang dapat diambil sewaktu-waktu dengan cek dan giro. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan uang giral adalah marilah kita lihat contohnya; misalnya si A mempunyai uang sebanyak Rp 1.000.000 disimpan di Bank Negara Indonesia  1946, dengan perjanjian dapat diambil sewaktu-waktu dengan cek dan giro. Uang giral terdiri dari dua deposit yaitu:
a.    Time deposite money
Time deposie money merupakan hutang bank kepada nasabahnya yang jangka waktu pengambilan/pembayaran telah ditentukan. Misalnya 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan,12 bulan, 18 bulan dan sebagainya.
b.    Demand deposite money
Demand deposite money adalah hutang bank kepada nasabahnya yang dapat diambil sewaktu-waktu. Jadi demand deposite money sebenarnya sama dengan uang giral.
e)    Uang kuasi
Uang kuasi terdiri atas depoito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik sasta domestik. Apabila kriteria uang didasarkan pada fungsinya, maka sebenarnya tabungan ini tidak masuk dalam pengertian uang. Namun, ada yang berpendapat baha seorang itu dapat meujudkan kekayaannya dalam berbagai bentuk seperti : tanah, rumah, uang, perhiasan, dan bahkan berbentuk tabungan. Maka memasukkan tabungan ke dalam pengertian uang dapat dimengerti. Argumentasi lain untuk memaukkan tabungan ke dalam pengertian uang dengan melihat apakah ada kemungkinan saling mengganti (substitutability) antara tabungandengan uang giral (demand deposit). Apabila ada maka tabungan dapat dimasukkan ke dalam pengertian uang. Karena kriteria ini pun belum jelas, yakni sampai seberapa besar aangka substitutability ini dapat diterimanya tabungan sebagai uang, maka hingga kini masalah tersebut selalu diperdebatkan.


C.  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STANDAR MONETER

1.      Sitem standar tunggal
Kelebihannya:
·         Memiliki nilai penuh
·         Adanya kebebasan untuk membuat dan melebur uang
·         Tiap orang boleh menimbun ema atau perak
·         Uang yang beredar dapat ditukar dengan emas dan dipakai sebagai jaminan lainnya.
Kekurangan :
·         Sangat tergantung pada satu jenis logam
·         Jumlah logam emas dan perak  terbata
·         Kesulitan dalam menentukan  jumlah uang yang beredar secara pasti.

2.      Sistem standar kembar
Kelebihannya :
·         Ada  logam yang dipergunakan sebagai standar keuangan negara
·         Uang yang beredar dan bisa bergantian serta diatur undang-undang
·         Nilai uang tidak ditentukan oleh undang-undang tetapi ditentukan oleh nilai yang ada dipasar.
Kekurangannya:
·         Menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap uang
·         Berlakunya hukum Gresham uang logam yang bermutu rendah ada di perderan akan terdesak dengan uang logam yang bermutu tinggi
·         Uang logam yang bermutu tinggi susah diperoleh diperedaran, dan lain-lain.
3.      Sistem standar kertas
Kelebihannya:
·       Kepercayaan kepada pemerintah sangat besar
·       Uang dipertanggungjaabkan oleh pemerintah melalui bank peredaran
·       Penghematan terhadap logam mulia
·       Biaya pembuatannya lebih murah dan lebih elatis dalam persediaan
Kekurangannya :
·         Adanya kemudahan untuk pemalsuan
·         Uang yang beredar tidak dapat ditukar dengan jaminan yang disimpan di bank
·         Dilihat dari kualitas bahannya mudah ruak atau robek ataupun luuh
·         Menuntut pemerintah selalu mengontrol stabilitas keuangan.




BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Standar moneter adalah sistem moneter yang menunjukkan standar nilai mata uang yang diberlakukan di suatu negara, termasuk mengenai ciri-ciri dan sifat-sifat dari mata uang serta kebijakan pengendalian jumlah uang beredar. Sejak dahulu kala masyarakat sudah menggunakan uang dari bahan-bahan yang sederhana, misalnya kerang, batu, garam, pisau dan sebagainya yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai alat transaksi.
Standar moneter dibagi menjadi dua yaitu standar barang (commodioty standard) dan standar kepercayaan(fiat standard). Standar barang adalah standar moneter dimana nilai jumlah uang beredar dijamin oleh pemerintah seberat barang tertentu biasanya logam mulia (emas dan perak). Standar barang terdiri dari: standar emas, standar perak dan standar kembar. Sedangkan Standar kepercayaan adalah standar moneter dimana nilai jumlah uang beredar di masyarakat tidak dijamin dengan sejumlah cadangan emas atau perak tapi semata-mata karena kepercayaan masyarakat. Masyarakat percaya dan mau menerima standar ini karena mereka percaya bahwa mata uang kertas atau logam dapat digunakan sebagai alat traansaksi dan menyimpan nilai. Dan setiap standar moneter mempunyai kelebihan dan kelemahan masing masing.




DAFTAR PUSTAKA


Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Banksentral. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Nophirin.1992. “EKONOMI MONETER edisi keempat”. Yogyakarta: BPFE
Rahardjo, Mugi. 2015. EKONOMI MONETER. Surakarta: UNS Press



Comments

Popular posts from this blog

Tatanan Kesejahteraan Umum Menurut Sistem Ekonomi Indonesia

PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PEMBERDAYAAN UMKM

LANGKAH – LANGKAH METODOLOGI DALAM ILMU PENGETAHUAN

EKONOMI MONETER TENTANG UANG

GIRO, TABUNGAN, DEPOSIT dalam Islam

MAKALAH EKONOMI MAKRO PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

Standar Moneter

Ekonomi Islam : Perbedaan sudut pandang